Jakarta -Sebagai negara kepulauan Indonesia ternyata memiliki banyak bandar udara (bandara).
Mengutip data The World Factbook dari Central Intelligence Agency (CIA), Kamis (28/11/2013), jumlah bandara di Indonesia mencapai 673 unit.
Bandara tersebut termasuk milik TNI, yang masih aktif maupun yang sudah tak aktif lagi.
Data tahun 2013 ini menunjukkan Indonesia memiliki 186 bandara yang memiliki runway halus dan 487 bandara yang runway-nya sudah tak layak atau kasar.
Banyaknya bandara tersebut ternyata tak mendapatkan banyak perhatian pemerintah. Industri penerbangan Indonesia bertumbuh secara signifikan setiap tahun.
Tapi pemerintah dinilai terlambat mengantisipasi pertumbuhan tersebut dengan banyaknya bandara yang diaktifkan. Sehingga menimbulkan banyak permasalahan. Kepala Ekonom BII Juniman, menilai pemerintah semestinya sudah bertindak sejak lima tahun lalu.
Perbaikan dan pengembangan bandar udara, kata Juniman, sangat penting. Dia bilang setidaknya ada tiga masalah yang akan timbul jika masalah di bandara tidak segera dibenahi. Pertama, terganggunya sektor pariwisata yang mengancam berkurangnya devisa negara.
Kedua, dikhawatirkan memicu tingginya angka kecelakaan pesawat. Jika ini terjadi, maka Indonesia bisa mendapat peringatan keras dari dunia penerbangan internasional dan tentu memperburuk citra.
Ketiga, semakin maraknya kasus kemarahan penumpang. “Kita lihat sendiri, kejadian penumpang marah-marah di bandara atau di pesawat terus bermunculan. Masak negara G20 seperti ini?” ujarnya, di Jakarta kemarin.
Mengutip data The World Factbook dari Central Intelligence Agency (CIA), Kamis (28/11/2013), jumlah bandara di Indonesia mencapai 673 unit.
Bandara tersebut termasuk milik TNI, yang masih aktif maupun yang sudah tak aktif lagi.
Data tahun 2013 ini menunjukkan Indonesia memiliki 186 bandara yang memiliki runway halus dan 487 bandara yang runway-nya sudah tak layak atau kasar.
Banyaknya bandara tersebut ternyata tak mendapatkan banyak perhatian pemerintah. Industri penerbangan Indonesia bertumbuh secara signifikan setiap tahun.
Tapi pemerintah dinilai terlambat mengantisipasi pertumbuhan tersebut dengan banyaknya bandara yang diaktifkan. Sehingga menimbulkan banyak permasalahan. Kepala Ekonom BII Juniman, menilai pemerintah semestinya sudah bertindak sejak lima tahun lalu.
Perbaikan dan pengembangan bandar udara, kata Juniman, sangat penting. Dia bilang setidaknya ada tiga masalah yang akan timbul jika masalah di bandara tidak segera dibenahi. Pertama, terganggunya sektor pariwisata yang mengancam berkurangnya devisa negara.
Kedua, dikhawatirkan memicu tingginya angka kecelakaan pesawat. Jika ini terjadi, maka Indonesia bisa mendapat peringatan keras dari dunia penerbangan internasional dan tentu memperburuk citra.
Ketiga, semakin maraknya kasus kemarahan penumpang. “Kita lihat sendiri, kejadian penumpang marah-marah di bandara atau di pesawat terus bermunculan. Masak negara G20 seperti ini?” ujarnya, di Jakarta kemarin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar